SOSIOLOGI KOMUNIKASI
Sosiologi sebagai landasan ilmu komunikasi dapat dilihat dari fokus sosiologi
yang mempelajari manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan
bermasyarakat, pembentukan kelompok terjadi melalui proses interkasi sosial dan
pembentukan masyarakat juga terjadi melalui proses interaksi antarkelompok.
Proses pembentukan interaksi kelompok dan masyarakat luas itu terjadi melalui
komunikasi. Komunikasi menghasilkan interkasi sosial dan memungkinkan adanya
kontak sosial.
Pembahasan komunikasi selalu berkaitan dengan proses sosial, yakni kegiatan
pertukaran pikiran dan modifikasi sistem nilai. Hal tersebut dapat dikatakan
bahwa komunikasi sosial di sebuah masyarakat merupakan proses yang tidak bisa
dilepaskan dari sistem nilai masyarakat itu sendiri. Ini yang membuktikan bahwa
sosiologi itu berpengaruh besar dalam tataran komunikasi.
Sosiologi menjelaskan bahwa komunikasi menjadi unsur terpenting dalam seluruh
kehidupan manusia :
a.
Kontak sosial menjadi sangat bermakna karena ada komunikasi, sehingga kehidupan
sosial akan menjadi hidup. Tanpa komunikasi interaksi sosial tidak akan
terjalin.
Komunikasi dan sosiologi merupakan dua hal yang saling keterkaitan, sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan yang telah lama berkembang, sedangkan komunikasi
merupakan proses interaksi yang berada dalam kajian sosiologi. Berdasarkan hal
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sosiologi menjadi landasan kelahiran dan
perkembangan ilmu komunikasi untuk mengkaji kualitas interaksi sosial
masyarakat. Pengaruh sosiologi terhadap komunikasi dalam kehidupan
bermasyarakat menghasilkan sebuah sub ilmu kajian yang dinamakan sebagai
sosiologi komunikasi.
·
Sejarah
Kelahiran Sosiologi Komunikasi
Asal mula kajian komunikasi di dalam sosiologi bermula dari akar tradisi
pemikiran Karl Marx. Karl Marx merupakan salah satu pendiri sosiologi yang
beraliran Jerman. Sementara Claude Henri Saint-Simon, August Comte dan Emile
Durkheim merupakan ahli sosiologi yang beraliran Perancis.
Gagasan awal Karl Marx tidak pernah lepas dari pemikiran-pemikiran Hegel. Hegel
memiliki pengaruh yang kuat terhadap Karl Marx, bahkan Karl Marx muda menjadi
seorang idealisme justru berasal dari pemikiran-pemikiran Hegel tentang
idealisme. Karl marx tua kemudian menjadi seorang materialisme.
Menurut Ritzer (Burhan Bungin, 18:20090, pemikiran Hegel yang paling utama
dalam melahirkan pemikiran-pemikiran tradisional konflik dan kritis ajarannya
tentang dialektika dan idealisme. Dialektika merupakan suatu cara berpikir dan
citra tentang dunia. Sebagai cara berpikir, dialektika menekankan pada cara
berpikir yang lebih dinamis tentang arti penting dari proses, hubungan,
dinamika, konflik dan kontradiksi. Pada sisi lain, dialektika adalah pandangan
tentang dunia bukan tersusun dari struktur yang statis, tetapi terdiri dari
proses, hubungan, dinamika, konflik dan kontradiksi.
Hegel juga dikaitkan dengan filsafat idealisme yang lebih mementingkan pikiran
dan produk mental daripada kehidupan material. Dalam bentuknya yang ekstrem,
idealisme menegaskan bahwa hanya konstruksi pikiran dan psikologi yang ada, idealisme
adalah suatu proses yang kekal dalam kehidupan manusia, bahkan ada yang
berkeyakinan bahwa proses mental tetap ada walaupun kehidupan sosial dan fisik
sudah tidak ada lagi. Idealisme merupakan sebuah produk berpikir yang
menekankan tidak saja pada proses mental, namun juga gagasan-gagasan yang
dihasilkan dari proses mental itu.
Pemikiran-pemikiran Habermas sendiri termasuk dalam kelompok kritis. Habermas
sendiri menamakan gagasan-gagasan sebagai rekonstruksi materialism historis.
Habermas bertolak dari pemikiran Marx, seperti potensi manusia, spesies makhluk
dan aktivitas yang berperasaan. Habermas mengatakan bahwa, Marx telah gagal
membedakan antara dua komponen analitik yang berbeda, yaitu kerja dan
interaksi. Antara kerja dan interaksi sosial, Marx hanya membahas kerja saja
dan mengabaikan interaksi sosial. Ritzer (Burhan Bungin,18:2009) mengutip bahwa
Habermas berkata: “ ia hanya mengambil perbedaan antara kerja dengan interaksi
sosial sebagai titik awalnya”. Pada sepanjang tulisannya, Habermas menjelaskan
perbedaan ini, meski ia cenderung menggunakan istilah tindakan rasional
purposive dan tindakan komunikatif (interaksi). Dalam The Theory of
Communication Action pun ia menyebut tindakan komunkatif ini sebagai
bagian dari dasar-dasar ilmu sosial dan teori komunikasi.
Selama tahun 1970-an Habermas memperbanyak studi-studinya mengenai ilmu-ilmu
sosial dan mulai menata ulang teori ktitik sebagai teori komunikasi. Tahap
kunci dari perkembangan initermuat dalam kumpulan studi yang ditulis bersama
Niklas Lukhmann, yakni Theori der Gesellchaft der Sozialtechnologie(1971); Legitimations
problem des Historischen Materialismus(1976); dan berbagai kumpulan esai.
Sumbangan pemikiran juga diberikan oleh John Dewey, yang sering disebut sebagai
the first philosopher of communication itu dikenal hingga kini dengan filsafat
pragmatiknya, suatu keyakinan bahwa sebuah ide itu benar jika ia berfungsi
dalam praktik. Pragmatisme menolak dualisme pikiran dan materi, serta subjek
dan objek. Gagasan-gagasan seharusnya bermanfaat bagi masyarakat, pesan-pesan
ide harus tersampaikan dan memberikan kontribusi pada tingkat perilaku orang.
Pesan ide membentuk tindakan dan perilaku di lapangan.
Penjelasan tersebut juga menegaskan bahwa sejarah sosiologi komunikasi
menempuh dua jalur. Pemikiran Comte, Durkheim, Parsons dan Merton, merupakan
sumbangan paradigma fungsional bagi kelahiran teori-teori komunikasi yang
beraliran struktural fungsional. Sementara sumbangan-sumbangan pemikiran Karl
Marx dan Habermas menyumbangkan paradigma konflik bagi kelahiran teori-teori
kritis dalam kajian komunikasi.
Sejak awal, sosiologi telah menaruh perhatian pada masalah-masalah yang
berhubungan dengan interaksi sosial antara seseorang dan orang lain. Hal yang
disebut oleh Comte sebagai “social dynamic”, “kesadaran kolektif” oleh
Durkheim , “interkasi sosial” oleh Marx serta “tindakan komunikatif” dan “teori
komunikasi” oleh Habermas adalah awal mula lahirnya perspektif sosiologi
komunikasi.
Selain yang disumbangkan oleh Karl Marx dan Habermas mengenai teori kritis
dalam komunikasi, sumbangan dari perspektif structural fungsional dalam
sosiologi yang diajarkan oleh talcot Parsons dengan teori sistem tindakan
maupun dengan skema AGIL, serta kajian Robert K. Merton tentang
struktur-struktur fungsional, struktur sosial dan anomie merupakan
sumbangan-sumbangan yang sangat pentingterhadap lahirnya teori-teori
komunikasi.
Saat ini perspektif teoritis mengenai sosiologi komunikasi bertumpu pada fokus
kajian sosiologi mengenai interaksi sosial dan semua aspek yang bersentuhan
dengan kajian tersebut. Narwoko dan Suyanto (Burhan Bungin, 20:2009) mengatakan
bahwa, kajian tentang interaksi sosial mengisyaratkan adanya fungsi-fungsi
komunikasi yang lebih dalam, seperti adanya kontak sosial dan komunikasi.
Kontak sosial terjadi bukan semata-mata tergantung tindakan, tetapi juga
tergantung pada adanya tanggapan terhadap tindakan tersebut. Sementara aspek
penting dari komunikasi adalah bila seseprang memberikan tafsiran kepada
sesuatu atau pada kelakuan orang. Dalam komunikasi, persoalan makna juga
menjadi sangat penting ditafsirkan oleh seseorang yang mendapat informasi
(pemberitaan0 karena makna yang dikirim oleh komunikator dan penerima informasi
menjadi sangat subjektif dan ditentukan oleh konteks sosial ketika informasi
disebar dan diterima.
·
Manusia
Sebagai Mahluk Sosial
Manusia
adalah mahluk ciptaan Allah, Tuhan Yang Maha Esa dengan struktur dan fungsi
yang sangat sempurna bila disbanding-kan dengan mahluk Tuhan lainnya. Manusia
juga diciptakan sebagai mahluk multidimensional, memiliki akal pikiran dan dan
kemampuan berinteraksi secara personal maupun sosial karna itu manusia disebut
sebagai mahluk yang unik, yang memiliki kemampuan sosial sebagai mahluk individu
dan mahluk sosial disamping itu, semua manusia dengan akal pikirannya mampu
mengembangkan kemampuan tertingginya sebagai mahluk ciptaan tuhan yaitu
memiliki kemampuan spiritual sehingga manusia disamping sebagai mahluk
individual, mahluk sosia, juga sebagai mahluk spiritual.
Dalam
kenyataannya, kemampuan fungional manusia diatas dapat dilakukannya secara
simultan dalam kehidupan sehari-hari sebagai mahhluk individu, mahluk sosial,
dan sebagai mahluk spiritual. Namun juga manusia dengan kecerdasannya dapat memisahkan
fungsi-fungsi tersebut berdasarkan pada kepentingan dan kebutuhan serta kondisi
sosial yang mengitarinya. Kemampuan-kemampuan fungsional inilaha yang
menjadikan manusia berbeda secara fundamental dengan mahluk-mahluk hidup yang
lainnya dimuka bumi ini. Bahkan dengan kekuatan spiritualnya maka manusia mampu
mengungguli kemampuana mahluk-mahluk allah lainnya seperti jin dan sebagainya.
Di
sisi lain, karena manusia adalah makhluk sosial, maka manusia pada dasarnya
tidak mampu hidup sendiri di dalam dunia ini baik sendiri dalam konteks sosial
budaya. Terutama dalam konteks sosial-budaya, manusia membutuhkan manusia lain
untuk saling berkolaborasi dalam pemenuhan kebutuhan fungsi-fungsi sosial satu
dengan lainnya. Karena pada dasarnya suatu fungsi yang dimiliki oleh manusia
satu akan sanagt berguna dan bermanfaat bagi manusia lainnya. Karena
fungsi-fungsi sosial yang diciptakan oleh manusia di tunjukan untuk saling
berkolaborasi dengan sesama fungsi sosial manusia lainnya, dengan kata lain,
manusia menjadi sangat bermartabat apabila bermanfaat bagi manusia lainnya.
Fungsi-fungsi
sosial manusia lahir dari kebutuhan akan fungsi tersebut oleh orang lain,
dengan demikian produktivitas fungsional dikendalikan oleh berbagai macam
kebutuhan manusia. Setiap manusia memiliki kebutuhan masing-masing secara
individual maupun kelompok, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka
perlu adanya perilaku selaras yang dapat diadaptasi oleh masing-masing manusia.
Penyelarasan kebutuhan dan penyesuaian kebutuhan individu, kelompok dan
kebutuhan sosial atau lainnya, menjadi konsentrasi utama pemikiran manusia
dalam masyarakatnya yang beradab
Sosiologi
berpendapat bahwa tindakan awal dalam penyelarasan fungsi-fungsi sosial dan
berbagai kebutuhan manusia diawali oleh dan dengan melakukan interaksi sosial
atau tindakan komunikasi satu dengan yang lainnya. Aktivitas interaksi sosial
dan tindakan komunikasi itu dilakukan baik secara verbal, non-verbal, maupun
simbolis. Kebutuhan adanya sebuah sinergi fungsional dan akselerasi positif
dalam melakukan pemenuhan kebutuhan manusia satu dengan yang lainnya ini
kemudian melahirkan kebutuhan tentang adanya norma-norma dan nilai-nilai sosial
yang mampu mengatur tindakan manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhannya,
sehingga tercipta keseimbangan sosial (sosial equilibrium) anatara hak dan
kewajiban dalam pemenuhan kebutuhan manusia, terutama juga kondisi keseimbangan
itu akan menciptakan tatanan sosial (sosial order) dalam proses kehidupan
masyarakat saat ini dan diwaktu yang akan datang.
Sebagaiman
yang telah dijelaskan pada bab sebelumnyadan juga penjelasan diatas, maka
interaksi sosial dalam berkelompok dan bermasyarakat, yang oleh hebermas
disebut dengan tindakan komunikasi ini merupakan perspektif sosiologi, dan
prespektif ini pula yang menjadi objek pengamatan sosiologi komunikasi.
Fokus
interaksi sosial dalam masyarakat adalah komunikasi sendiri. Sebagaiman
dijelaskan oleh sosiologi bahwa komunikasi menjadi unsur terpentinmg dalam
seluruh kehidupan manusia. Dominasi prespektif ini dalam sosiologi yangh begitu
luas dan mendalam, maka lahirlah kebutuhan untuk mengkaji kekhususan dalam
studi studi sosiologi yang dinamakan sosiologi komunikasi, yaitu prespektif
kajian sosiologi tentang aspek khusus komunikasi dalam lingkungan individu, kelompok,
masyarakat, budaya, dan dunia.
Sehubungan
dengan itu, beberapa konsep penting yang berhubungan dengan sosiologi
komunikasi adalah konsep tentang sosiologi, komuniti,
communication, telematika, merupakan
konsep penting yang kemudian melahirkan studi studi intergratif serta terkait
satu sama lain sehingga melahirkan studi studi interelasi yang penting untuk
dibicarakan disini sekaligus juga sebagai ruang lingkup dalam studi studi
sosiologi komunikasi.
Ø Konseptualisasi dan Ruang Lingkup
Sosiologi Komunikasi
Interaksi
sosial dalam berkelompok dan bermasyarakat, yang oleh Habermas disebut sebagai
tindakan komunikasi, tidak lain merupakan persepektif sosiologi. Perspektif itu
pula yang menjadi objek pengamatan sosiologi komunikasi. Fokus interaksi sosial
dalam masyarakat dalam masyarakat adalah komunikasi.
Sehubungan
dengan hal itu, maka konsep penting yang berhubungan dengan sosiologi
komunikasi adalah konsep tentang sosiologi, community, communication dan
telematika. Konsep-konsep tersebut yang kemudian melahirkan studi-studi
integratif serta terkait satu sama lain sehingga melahirkan studi-studi
interelasi sekaligus juga sebagai ruang lingkup dalam studi sosiologi
komunikasi.
a)
Sosiologi
Kata Sosiologi adalah berasal dari kata sofie,
yang berarti bercocok tanam atau bertanam, kemudian
berkembang menjadi socius (Bahasa
Latin) yang berarti teman atau kawan. Selanjutnya
berkembang lagi menjadi kata social yang
berarti berteman, bersama atau berserikat.
Hasan Shadily (Burhan Bungin,27:2009), secara khusus kata sosial maksudnya
adalah kata sosial secara khusus adalah hal-hal mengenai berbagai kejadian
dalam masyarakat, yaitu persekutuan manusia dan selanjutnya dengan pengertian
itu untuk dapat berusaha mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama.
Pengertian ini juga mengandung makna bahwa Sosiologi adalah ilmu masyarakat
atau ilmu kemasyarakatan yang mempelajari manusia sebagai anggota golongan atau
masyarakatnya (tidak sebagai individu yang
terlepas dari golongan atau masyarakatnya),
dengan ikatan-ikatan adat, kebiasaan, kepercayaan atau agamanya,
Pitirim
Sorokin (Soekanto,1:9200) mengemukakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari:
Hubungan
dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial
(misalnya antara gejala ekonomi dengan agama; keluarga dengan moral; hukum
dengan ekonomi; gerak masyarakat dengan politik).
Hubungan
dengan pengaruh timbal balik antara gejala
sosial dengan gejala non sosial (misalnya gejala geografis dan biologis).
Roucek dan Warren (Soekanto,19:2003) mengemukakan
bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia
dalam kelompok. William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff (Soekanto,19:2003)
berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah
terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial.
Selo Soermadjan dan Soelaman seomardi (Soekanto,20;2003) mengatakan bahwa,
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses
sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Sturktur sosial adalah keseluruhan
jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial
(norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta
lapisan-lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara
pelbagai segi kehidupan bersama, seperti pengaruh hubungan timbal balik antara
segi kehidupan hukum dengan kehidupan ekonomi. Salah satu proses sosial yang
bersifat tersendiri adalah dalam perubahan-perubahan di struktur sosial.
Pembentukan struktur sosial, terjadinya proses sosial dan perubahan-perubahan
sosial tidak lepas dari adanya aktivitas interaksi sosial yang menjadi salah
satu ruang lingkup sosiologi. Berdasarkan berbagai pengertian tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara
timbal balik antar manusia, struktur sosial dan proses-proses sosial.
b)
Community
(Masyarakat)
Menurut Ralph linton (Soekanto:24:2003), masyarakat merupakan sekelompok
manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama, sehingga mereka dapat
mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka
sebagai suatu kesatuan sosial dengan
batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. Selo Soemardjan (Soekanto,24:2003)
menyatakan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan
kebudayaan.
Sementara menurut Mac Iver dan Page,masyarakat adalah suatu sistem dari
kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok
dan penggolongan, dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan manusia.
Keseluruhan yang selalu berubah disebut masyarakat. Masyarakat merupakan
jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah(http://dechyku.wordpress.com/2010/12/12/definisimasyarakat).
Berdasarkan berbagai definisi tersebut, maka disimpulkan bahwa masyarakat
adalah kumpulan manusia yang hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama,
tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan
sebagian besar kegiatan di dalam kelompok atau kumpulan manusia tersebut.
Pengertian manusia yang hidup bersama dalam
ilmu sosial tidak mutlak jumlahnya, bisa saja dua
orang atau lebih, tetapi minimal adalah dua orang.
Manusia tersebut hidup bersama dalam waktu cukup
lama, dan akhirnya melahirkan manusia-manusia baru yang saling
berhubungan satu dengan lainnya. Hubungan antara manusia, kemudian
melahirkan keinginan, kepentingan, perasaan, kesan dan
penilaian. Keseluruhan itu kemudian mewujudkan
adanya system komunikasi dan peraturan-peraturan
yang mengatur hubungan antara manusia dalam
masyarakat tersebut. Dalam system hidup tersebut, maka muncul budaya yang
mengikat antara satu manusia dengan yang lain.
c)
Teknologi
Telematika
Istilah teknologi telematika (telekomunikasi, media dan informatika) berawal
dari istilah teknologi informasi (Information Technology atau IT).
Istilah ini mulai popular di akhir decade 70-an. Pada masa sebelumnya,
teknologi informasi masih disebut dengan istilah teknologi komputer atau
pengolahan data elektronik atau Electronic Data Processing (Burhan
Bungin:29:2009).
Istilah telematika lebih ke arah penyebutan kelompok teknologi yang disebutkan
secara bersama-sama, namun sebenarnya yang dimaksud adalah teknologi informasi
yang digunakan di media massa serta teknologi telekomunikasi yang umumnya
digunakan dalam bidang komunikasi lainnya. Sementara itu, istilah teknologi
seringkali rancu dengan sistem informasi. Ada yang menggunakan istilah
teknologi informasi untuk menjabarkan sekumpulan sistem informasi, pemakai, dan
manajemen. Pendapat ini menggambarkan teknologi dalam perspektif yang luas.
Menurut Alter (Burhan Bungin,30:2009), teknologi informasi mencakup perangkat
keras dan perangkat lunak untuk melaksanakan satu atau sejumlah tugas
pemrosesan data seperti menangkap, mentrasmisikan, menyimpan, mengambil,
memanipulasi atau menampilkan data. Martin (Burhan Bungin,30:2009), mendefinisikan
teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat
keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan
informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan
informasi.
Secara lebih luas, Lucas (Burhan Bungin,30:2009) menyatakan bahwa teknologi
informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan
mengirimkan informasi dalam bentuk elektronis. Berdasarkan berbagai uraian
tersebut, maka disimpulkan bahwa teknologi telematika adalah teknologi yang
dapat memproses hingga mengrim informasi secara elektronis.
d)
Communication (Komunikasi)
Thedornson and Theodornson (Burhan bungin,30:2009), memberi batasan lingkup
berupa penyebaran informasi, ide-ide, sikap-sikap atau emosi dari seorang atau
sekelompok kepada yang lain terutama melalui symbol-simbol. Garbner yang
dikutip olleh Mcquail dan Windhal (Burhan Bungin,31:20090, mendefinisikan
komunikasi sebagai interaksi sosial melalui pesan-pesan.
Onong Uchyana (2002:11), mengatakan bahwa komunikasi sebagai proses, pada
hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran ata perasaan seseorang
(komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan,
informas atau opini yang muncul dari benak komunikator. Perasaan bisa berupa
keyakinan, kepastian, keraguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, maupun
kegairahan yang muncul dari dalam hati.
Berdasarkan berbagai definisi tersebut, maka disimpulkan bahwa lingkup
komunikasi menyangkut persoalan-persoalan yang terkait dengan substansi
interaksi sosial orang-orang dalam masyarakat; termasuk komunikasi yang
dilakukan secara langusung maupun dengan menggunakan media komunikasi.
e)
Sosiologi
Komunikasi
Menurut Soerjono Sokeanto (1992:471), sosiologi komunikasi merupakan kekhususan
sosiologi dalam mempelajari interaksi sosial, yaitu suatu hubungan atau
komunikasi yang menimbulkan proses saling pengaruh-mempengaruhi antara para
individu, individu dengan kelompok maupun antar kelompok. Stephen F. Steele
(Petrus Andung), mengungkapkan bahwa sosiologi komunikasi adalah studi yang
mempelajari perilaku kolektif akibat media.
Liliwery (Petrus Andung) memahami sosiologi komunikasi dalam dua bagian yakni
level makro dan mikro. Dalam arti luas (makro), Liliwery berpendapat bahwa
sosiologi komunikasi merupakan cabang dari sosiologi yang mempelajari atau
menerangkan mengenai prinsip-prinsip keilmuan (ilmu sosial, sosiologi) tentang
bagaimana proses komunikasi manusia dalam kelompok atau masyarakat. Sementara
dalam artian sempit (mikro), Liliwery mendefinisikan sosiologi komunikasi
sebagai cabang dari sosiologi yang mempelajari atau yang menerangkan mengenai
prinsip-prinsip keilmuan (ilmu sosial, sosiologi) tentang bagaimana proses komunikasi
manusia dalam konteks komunikasi massa dari suatu masyarakat.
Secara komprehensif Sosiologi Komunikasi mempelajari tentang
interaksi sosial sebagai aspek yang berhubungan dengan interaksi tersebut
seperti bagaimana interaksi (komunikasi) itu dilakukan dengan menggunakan
media, bagaimana efek media sebagai akibat dari interaksi tersebut,
samapai dengan bagaimana perubahan-perubahan sosial di masyarakat
yang didorong oleh efek media berkembang
serta konsekuensi sosial yang ditanggung masyarakat sebagai akibat
dai perubahan-perubahan yang didorong oleh media. (Burhan Bungin,31:2009)
Berdasarkan berbagai definisi di atas, disimpulkan bahwa sosiologi komunikasi
adalah cabang dari ilmu sosiologi yang khusus mempelajari proses komunikasi
dalam masyarakat (interaksi sosial). Uraian di atas juga menegaskan bahwa pokok
kajian dalam sosiologi komunikasi adalah komunikasi yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat, baik
komunikasi yang terjadi dalam masyarakat perkotaan maupun
masyarakat pedesaan, komunikasi massa dan efeknya, komunikasi
yang terjadi antar masyarakat yang berbeda budaya, hubungan antara komunikasi
dan perubahan sosial serta pembangunan bagi masyarakat serta teknologi
komunikasi yang berkembang dalam kehidupan masyarakat dan efeknya bagi
masyarakat itu sendiri.
Burhan
Bungin (31:2009), membagi komunikasi dalam masyarakat menjadi lima jenis,
sebagai berikut:
Komunikasi
individu dengan individu (antar pribadi). Komunikasi antar pribadi adalah
komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi, yang terjadi secara langsung
(tanpa medium) atau tidak langsung (melalui medium). Contohnya kegiatan
percakapan tatap muka, percakapan melalui telepon atau surat menyurat pribadi.
Fokus pengamatannya adalah bentuk-bentuk dan sifat hubungan-hubungan
(relationship), percakapan (discourse), interaksi dan karakteristik
komunikator.
Komunikasi
kelompok. Komunikasi kelompok memfokuskan pembahasannya pada interaksi di
antara orang-orang dalam kelompok-kelompok kecil. Komunikasi kelompok juga
melibatkan komunikasi antar pribadi. Bahasan teoritis meliputi meliputi
dinamika kelompok, efisiensi dan efektifitas penyampaian informasi dalam
kelompok, pola dan bentuk interkasi serta pembuatan keputusan.
Komunikasi
organisasi. Komunikasi menunjuk pada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi
dalam konteks dan Jaringan organisasi. Komunikasi organisasi melibatkan
bentuk-bentuk komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok. Pembahasannya
meliputi struktur dan fungsi organisasi, hubungan antar manusia, komunikasi dan
proses pengorganisasian serta kebudayaan organisasi.
Komunikasi
sosial. Menurut Astrid (Burhan Bungin,32:2009), adalah salah satu bentuk
komunikasi yang lebih intensif, komunikasi terjadi secara langsung antara
komunikator dengan komunikan, sehingga situasi komunikasi berlangsung dua arah
dan lebih diarahkan kepada pencapaian suatu integrasi sosial. Komunikasi sosial
sekaligus sutau proses sosialisasi dan untuk pencapaian stabilitas sosial,
tertib sosial, penerusan nilai-nilai lama dan baru yang diagungkan oleh sutau
masyarakat melalui komunikasi sosial kesadaran masyarakat dipupuk, dibina dan
diperluas. Melalui komunikasi sosial, masalah-masalah sosial dipecahkan melalui
konsensus.
Komunikasi
massa. Menurut Josep A. Devito (Nurudin,11:2009), komunikasi massa adalah
komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa
banyaknya yang medianya melalui pemancar-pemancar audio dan visual.
Lingkup komunikasi massa meliputi sumber pemberitaan, pesan komunikasi, hubungan
komunikan dengan komunikator serta dampak pemberitaan terhadap masyarakat.
f) Ranah Sosiologi Komunikasi
Ranah sosiologi Komunikasi berbeda dengan
studi-studi komunikasi dan sosiologi secara keseluruhan, dengan
kata lain objek sosiologi komunikasi tidak sama dengan
sosiologi secara umum dan tidak mengambil
objek komunikasi secara utuh, akan tetapi
sosiologi komunikasi menjembatani studi sosiologi
dan studi komunikasi. Jembatan itu dibangun
berdasarkan kajian sosiologi tentang interaksi
sosial, yang dalam sosiologi juga dikenal dengan subkajian masalah-masalah
komunikasi, kemudian menariknya ke dalam studi komunikasi yang berkaitan erat
dengan sosiologi yaitu studi-studi media, dampak media maupun perkembangan
teknologi komunikasi. Dalam perkembangan selanjutanya, studi-studi sosiologi
dan studi-studi komunikasi, maka kajian sosiologi komunikasi ini berkembang
menjadi satu kajian yang tidak bisa lagi dibedakan secara sosiologis dengan
komunikasa. Dalam arti ketika membahas
kasus-kasus sosiologi komunikasi, maka akan
ditemukan sebuah kenyataan bahwa yang menjadi
perhatian komunikasi juga menjadi perhatian sosiologi.
Hal ini terjadi karena ranah sosiologi
komunikasi adalah kajian sosiologi dan kajian komunikasi seperti
individu, kelompok, masyarakat, dunia dan interaksinya.
Ranah sosiologi komunikasi berada pada
wilayah individu, kelompok, masyarakat, dan
sistem dunia. Ranah ini bersentuhan dengan
wilayah lain, seperti teknologi telematika,
komunikasi, proses interaksi sosial serta budaya
kosmopolitan, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 1
Ranah Sosiologi Komunikasi
g) Objek Sosiologi Komunikasi
Setiap bidang ilmu dalam rumpun ilmu-ilmu sosial memiliki objek kajian formal
yang sama yaitu manusia. Manusia adalah objek yang tidak pernah habis dibahas
dari berbagai aspek dan sudut pandang dalam konteks mikro, makro, fisik,
metafisika, bahkan dalam konteks spiritualnya. Objek formal manusia yang
dimaksud adalah dalam konteks individu, kelompok, masyarakat, dunia serta
aspek-aspek sosiologis yang mengitarinya.
Objek formal dalam studi sosiologi komunikasi menekankan pada aspek aktivitas
manusia sebagai makhluk sosial yang melakukan aktivitas sosiologis yaitu proses
sosial dan komunikasi, aspek ini merupakan aspek dominan dalam kehidupan
bersama orang lain. Aspek lainnya adalah telematika dan realitasnya. Aspek ini
menyangkut persoalan teknologi media, teknologi komunikasi dan merupakan
berbagai persoalan konvergensi yang ditimbulkan termasuk realitas maya yang
dihasilkan oleh telematika sebagai ruang publik baru yang tanpa batas dan
memiliki masa depan yang cerah bagi ruang kehidupan. Sebaliknya perkembangan
telematika dan aspek-aspeknya serta pengaruhnya terhadap perkembanagn media
massa memberikan efek yang luar biasa pada masyarakat.
Efek media memiliki ruang bahasan yang luas terhadap konsekuensinya pada
proses-proses sosial, menyangkut individu, kelompok, masyarakat maupun dunia,
termasuk aspek-aspek yang merusak seperti kekerasan, pelecehan, penghinaan,
bahkan sampai pada masalah-masalah kriminal. Pengaruh efek media juga ikut
membentuk life style dan kelahiran norma sosial baru di
masyarakat terutama pada masyarakat kosmopolitan, sekuler, cerdas,
professional, materialis, hedonis serta modis.
Perkembangan telematika tidak saja memasuki ranah sosial, namun juga memasuki
ranah hukum dan bisnis. Hal ini disebabkan oleh konsekuensi dominasi telematika
dalam kehidupan masyarakat pada umumnya. Ketika telematika sampai pada
kemampuannya menciptakan masyarakat baru yaitucybercommunity, maka
kebutuhan pada cyberlaw menjadi mutlak ada dan mengatur seluruh fungsi
sirkulasi serta peredaran aspek-aspek kehidupan sosial sebagaimana kebutuhan
suatu sistem sosial.
Gambar 2
h) Kompleksitas Sosiologi Komunikasi
Studi sosiologi komunikasi bersifat interdisipliner. Artinya, sosiologi tidak
saja membatasi diri pada persoalan komunikasi dan seluk beluknya, tetapi juga
membuka diri pada kontribusi disiplin ilmu lainnya seiring dengan perkembangan
masyarakat dan kemajuan zaman. Karena bersentuhan langsung dengan berbagai
disiplin ilmu, maka studi sosiologi komunikasi menjadi rumit atau kompleks.
Studi sosiologi
komunikasi ikut dipengaruhi oleh perkembangan berbagai bidang ilmu di
sekitarnya mulai dari perkembangan teknologi, budaya, sosiologi, hukum,
ekonomi, dan bahkan negara. Bidang ilmu yang paling mempengaruhi perkembangan
sosiologi komunikasi adalah teknologi komunikasi dan informasi. Hal ini terjadi
karena perubahan dan kemajuan teknologi komunikasi cenderung membawa dampak
yang cukup besar terhadap kemajuan dan perubahan pada bidang-bidang ilmu
lainnya seperti budaya dan ekonomi.
Gambar 4
Kompleksitas Sosiologi Komunikasi
Hingga
saat ini kajian sosiologi selalu tertinggal jauh dari perkembangan tekenologi
telekomunikasi. Berbagai teori dirsakan cepat usang dan sudah tidak up-to
date lagi, begitupula perspektif yang semula dianggap penting untuk
dikembangkan dalam studi-studi komunikasi menjadi semakin kompleks dalam waktu
singkat. Begitupula kaitan studi sosiologi komunikasi dengan disiplin ilmu lain
setiap saat dipandang sangat membantu kajian-kajian sosiologi komunikasi.
Sementara kekhawatiran yang ada bahwa terasa begitu sedikit para ahli yang ikut
memikirkan kajian ini, padahal kenyataannya sudah sangat banyak di masyarakat.
salah satu pemicu perkembangan sosiologi komunikasi yang cepat ini disebabkan
karena sosiologi komunikasi tidak berkembang pesat seperti perkembangan
teknologi. Pacu memacu antara teknologi dan teori di ranah wacana, aplikasi dan
masyarakat ini yang kemudian setiap saat melebarkan arena objek sosiologi
komunikasi.
Ø
STUDY KASUS
Gagasan-gagasan perspektif sosiologi
komunikasi telah ada bersamaan dengan lahirnya sosiologi itu sendiri baik
dalam perspektif struktural fungsional maupun dalam perspektif konflik.
Konsep-konsep penting yang berhubungan dengan
sosiologi komunikasi adalah konsep sosiologi, masyarakat dan komunikasi dan
teknologi telematika.
Kehidupan bermasyarakat, merupakan obyek
pengamatan sosiologi yang masuk dalam rumpun ilmu
sosial. Sosiologi mempelajari berbagai segi
kehidupan manusia yang bermasyarakat dan salah satu ruang lingkup yang diamati
adalah interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Inti dari interaksi sosial adalah komunikasi, karenanya
muncul kekhususan dalam sosiologi yang dinamakan
Sosiologi Komunikasi, yaitu ilmu yang mempelajari
atau menganalisa komunikasi dari sisi sosiologis.
Sosiologi komunikasi ini
kita akan mempelajari komunikasi yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat, baik komunikasi yang
terjadi dalam masyarakat perkotaan maupun masyarakat
pedesaan, komunikasi massa dan efeknya, komunikasi
yang terjadi antar masyarakat yang berbeda budayanya, hubungan antara
komunikasi dan perubahan sosial serta pembangunan bagi masyarakat,
dan juga teknologi komunikasi yang berkembang dalam kehidupan
masyarakat dan efeknya bagi masyarakat.
Ranah sosiologi komunikasi
berada pada wilayah individu, kelompok,
masyarakat, dan sistem dunia. Dimana ranah
ini bersentuhan dengan wilayah lain, seperti teknologi
telematika, komunikasi, proses interaksi sosial
serta budaya kosmopolitan.
Kompleksitas sosiologi
komunikasi selain bersifat interdisipliner dan
terbuka terhadap sumbangan disiplin ilmu lain, seperti budaya, ekonomi, agama,
hukum negara sampai pada teknologi.
Objek sosiologi komunikasi
adalah manusia yang menekankan pada aspek
aktivitas manusia sebagai makhluk sosial yang melakukan
aktivitas sosiologis yaitu aspek sosial dan komunikasi, aspek ini
merupakan aspek dominan dalam kehidupan manusia bersama orang
lain. Aspek lainnya adalah telematika dan
realitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi
Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat.
Jakarta: Prenada Media Group.
Effendy, Onong Uchjana. 2002. Komunikasi
Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:
Grasindo.
Nurudin. 2007.Pengantar Komunikasi Massa.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Soekanto, Soerjono.2002. Sosiologi
Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar