Translate

13 Okt 2011

komunikasi

                          KOMUNIKASI

Istilah komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya.
Komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dimana dapat kita lihat komunikasi dapat terjadi pada setiap gerak langkah manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang tergantung satu sama lain dan mandiri serta saling terkait dengan orang lain dilingkungannya. Satu-satunya alat untuk dapat berhubungan dengan orang lain dilingkungannya adalah komunikasi baik secara verbal maupun non verbal ( bahasa tubuh dan isyarat yang banyak dimengerti oleh suku
bangsa).
Pada dasarnya komunikasi digunakan untuk menciptakan atau    meningkatkan aktifitas hubungan antara manusia atau kelompok.

=> Jenis komunikasi terdiri dari:
1. Komunikasi verbal dengan kata-kata
2. Komunikasi non verbal disebut dengan bahasa tubuh

1. Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa ;
a. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi.
b. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
c. Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
d. Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
e. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
f. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.

2. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal.
Yang termasuk komunikasi non verbal :
a. Ekspresi wajah
Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.
b. Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya
c. Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan.
d. Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
e. Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.
f. Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan stress bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress

Ann Marriner,Tomey, Guide to Nursing management and Leadership, Mosby year book Inc 1996

Elaine.L.Monica, Kepemimpinan dan Management Keperawatan ,pendekatan berdasarkan pengalaman, Penerbit buku kedokteran EGC 1998

SEJARAH DAN PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Sejarah Komunikasi
Ilmu komunikasi yang kian berkecambah sesungguhnya merupakan fase akhir (bukan terakhir) dari perkembangan disiplin ilmu ini. Ia melampaui tiga tahap perkembangan; Publisistik, Jurnalistik, dan Retorika. Dua yang disebut terakhir berkembang di Amerika, sedangkan yang pertama ditakdirkan berkembang di Eropa (Jerman). Sungguhpun kini publisistik di Jerman kini diterma sebagai bagian dari ilmu komunikasi, publisistik dalam arti semula banyak mempengaruhi konsep-konsep mutakhir tentang komunikasi seperti tampak pada Negt dan Kluge (1972), Biskey (1976), Habermas (1979) di Eropa, Schiller (1976) dan Bordenave (1974) di Amerika Latin. Umumnya yang baru disebut namanya dikenal sebagai aliran radikal dalam ilmu komunikasi, devian dari ‘main stream’.

PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

1. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari
    komunikator kepada komunikan melalui media terrtentu untuk
    menghasilkan efek /tujuan dengan mengharapkan feedback
    atau umpan balik.
2. Komponen-komponen komunikasi
   a. Komunikator/Penyampai pesan/Sumber/Source
       Semua proses komunikasi berasal dari sumber, yang dapat berupa:

         

Cerdas Dari Media Dan Cerdas Bermedia

Saat ini orang-orang yang memiliki kecerdasan majemuk tak terelakkan memiliki akses terhadap media. Mereka membaca buku atau koran, mendengarkan radio, menonton televisi, atau media massa lainnya. Namun, tidak ada jaminan bahwa menjadi cerdas juga memiliki kecerdasan bermedia (media literacy).
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa kemudahan bagi siapa pun memelajari ilmu dan pengetahuan dari media massa. Media seperti perpustakaan yang koleksi bacaannya dan visualnya dapat dibawa pulang ke rumah. Tak heran jika kita dapat membangun kecerdasan lewat akses terhadap media. Misalnya, seorang anak yang belum masuk sekolah di Jakarta dapat menguasai bahasa Inggris tanpa diketahui orangtuanya! Selidik punya selidik, sang anak yang istimewa ini sering menonton film Barat di televisi. Ia cerdas berkat televisi.
Menganggap media sebagai sumber informasi yang bermanfaat semata-mata dapat menjerumuskan manusia ke kubangan yang mereduksi kualitas hidup. Tak dapat dimungkiri bahwa banyak produk media tidak sesuai dengan nilai-nilai sosietal yang hendak dibangun, misalnya ajakan kepada gaya hidup hedonis, pornografi dan pornoaksi, agresivitas, bullying, politicking, dan konstruksi lain dengan agenda tersembunyi. Banyak pihak melakukan persuasi kepada khalayak melalui tayangan yang “cantik” di media, tetapi sebetulnya punya niat yang kurang baik. Iklan-iklan yang mengundang decak kagum berserakan, tetapi sebetulnya mengajak kita untuk merokok.
Di sisi lain, menganggap media sebagai hal yang harus disingkirkan juga menghilangkan peluang untuk kita mengasah kecerdasan majemuk (multiple intelligences). Howard Gardner (1999), mengemukakan definisi kecerdasan yakni suatu potensi biopsikologis untuk memproses informasi yang dapat diaktifkan dalam suatu latar kultural untuk memecahkan masalah atau menciptakan produk-produk yang merupakan nilai dalam suatu kultur. Jelaslah bahwa kecerdasan dapat diasah melalui media. Sehingga menafikan media merupakan tindakan yang tidak bijaksana.
Melihat kenyataan bahwa media memiliki dua sisi yang berlawanan itu mencuatkan masalah, bagaimanakah kita menyikapi dan menyiasati realitas media agar kita mampu mengoptimalkan peran media dalam menumbuh-kembangkan kecerdasan kita?
Kecerdasan bermedia
Ketersediaan media yang ada di mana-mana (omnipresent), kuasa media yang berpotensi mengubah sikap, kepercayaan nilai-nilai, dan perilaku-perilaku (omnipotent) berkombinasi dengan kecenderungan masyarakat mengonsumsi bermacam-macam media (omnivorous) menumbuhkan budaya media di dalam masyarakat. Sehingga, interaksi masyarakat dan media tak terelakkan lagi. Sekalipun individu berusaha menolak dan menghindarkan diri dari media, ia tetap tak luput dari bidikan media. Karena, orang-orang kepada siapa ia berinteraksi juga mengonsumsi media. Dengan demikian, kecerdasan bermedia menjadi keniscayaan bagi setiap individu. Kecerdasan bermedia (media literacy) adalah suatu kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menghasilkan komunikasi dalam berbagai bentuk melalui media.
Dengan kecerdasan bermedia, individu mampu mengelola pesan di media demi membekali diri menghadapi kenyataan hidup sehari-hari. Pada dasarnya kita menghadapi dua realitas dalam hidup kita, yakni realitas dalam dunia nyata dan realitas di media (Potter, Media Literacy, 2001). Dunia nyata adalah tempat di mana kita melakukan kontak langsung dengan orang-orang lain, lokasi, dan peristiwa. Sebagian besar dari kita merasa bahwa dunia nyata ini amat terbatas, sehingga kita tidak dapat mengambil semua pengalaman dan informasi. Dalam rangka memperoleh pengalaman-pengalaman dan informasi tersebut, kita melakukan penjelajahan melalui dunia media.
Di situlah letak permasalahannya. Realitas di media, karena tidak alami, amat rentan terhadap distorsi. Karena pesan-pesan di media dikonstruksi, pesan-pesan itu merupakan representasi dari realitas yang diboncengi nilai-nilai dan sudut pandang, dan masing-masing bentuk media menggunakan seperangkat aturan yang unik untuk mengonstruksi pesan-pesan. Jadi, seseorang harus memiliki suatu kecakapan dalam berhadapan dan mengonsumsi media.
Ironisnya, justru media massa tak pernah memberikan pendidikan media literacy secara langsung. Sebab, khalayak yang cerdas menagih kualitas manajemen media dan pengonstruksian pesan yang pada gilirannya meniscayakan institusi media merogoh kocek lebih dalam. Bila biaya melansir media menjadi mahal, profit akan menjadi menipis. Tetapi kondisi ini bukan satu-satunya implikasi. Kesiapan sumberdaya merupakan pokok masalah bagi institusi media yang baru tumbuh di Indonesia. Dengan begitu, untuk mempersiapkan masyarakat menghadapi era informasi dan pergaulan antarbangsa diperlukan rekayasa sosial yang bertujuan membentuk masyarakat yang well-informed tanpa harus menjadi buta media.***

Proses komunikasi adalah: Komunikator -> Pesan (bisa berupa lisan maupun tulisan -> media -> komunikan-> efek -> perilaku
Hakekat Komunikasi Memahami komunikasi berarti memahami apa yang terjadi selama komunikasi berlangsung, mengapa itu terjadi, manfaat apa yang dirasakan, akibat-akibat apa yang ditimbulkannya, apakah tujuan dari aktifitas berkomunikasi sesuai dengan apa yang diinginkan, memahami hal-hal yang dapat mempengaruhi dan memaksimalkan hasil-hasil dari kejadian tersebut.Menurut Anwar arifin (1988:17), komunikasi merupakan suatu konsep yang multi makna. Makna komunikasi dapat dibedakan berdasarkan:
Komunikasi sebagai proses sosial Komunikasi pada makna ini ada dalam konteks ilmu sosial. Dimana para ahli ilmu sosial melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan komunikasi yang secara umum menfokuskan pada kegiatan manusia dan kaitan pesan dengan perilaku. Harold D. Lasswell meneliti masalah identifikasi simbol dan image yang bertolak belakang dengan realitas/efek pada opini publik. Berkaitan dengan efek-efek teknik propaganda pada perang dunia 1 (1927). Beliau seorang ahli politik, meneliti dengan cara meyebarkan leaflet mengenai perang. Kurt lewin meneliti fungsi-fungsi komunikasi pada kelompok sosial informal. Lewin meneliti tipe-tipe gatekeeper yang dilakukan oleh pemimpin-pemimpin autokratik, demokratik. Lewin juga meneliti individu-individu yang ada pada kelompok-kelompok penekan dan individu-individu yang berada pada kelompok (members group). Soearang ahli psikologi. Carl Hovland meneliti kredibilitas sumber (komunikator) hubungannya dengan efek persuasi (perubahan sikap). Hovland adalah peneliti yang memperkenalkan penelitian-peneltian eksperimental dalam komunikasi massa. Seorang ahli sosiologi, meneliti melalu pemutaran film berbeda kepada 2 kelompok berbeda, dan melihat efek dari film tersebut terhadap individu. Kredibiltas terdiri dari 1. Expert (ahli dalam bidang tersebut) 2. Competency (memiliki kompetensi) 3. Skill (harus memiliki kemampuan dalam bidang nya) 4. Trust (harus bisa di percaya) Paul F.Lazarsfeld mengungkapkan hubungan antara status sosial, ekonomi, mass media exposure dan pengaruh interpersonal atau efek pengetahuan, sikap dan perubahan perilaku. Beliau seorang ahli matematika Teknik-teknik analisis yang digunakan oleh para peneliti tersebut memberikan contoh bagaimana menjelaskan sistem komunikasi dalam konteks proses sosial.

Tahukah Anda Pentingnya Rumus Komunikasi?








Posted on  by budisuanda
Komunikasi adalah hal yang penting dalam menjamin proses pelaksanaan proyek berjalan dengan baik. Banyaknya pihak yang terlibat akan semakin membuat proses komunikasi akan semakin kompleks. Jika Anda ingin bukti, silahkan baca artikel ini.

Proyek yang sukses ditandai dengan tim yang efektif. Tim tersebut terbentuk dengan pola kerja yang baik dimana melibatkan interaksi komunikasi yang juga efektif. Hal ini berarti komunikasi menentukan dalam kesuksesan proyek.
Masalah komunikasi tidak hanya dilihat dari proses penyampaian pesan dari satu pihak ke pihak yang lain. Tapi juga jumlah pihak yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut. Pada jumlah pihak yang terlibat hanya dua orang, maka jalur komunikasi yang terbentuk adalah hanya satu jalur. Pada jumlah pihak yang terlibat adalah tiga orang, maka jalur yang terbentuk adalah tiga jalur. Sedangkan jika jumlah pihak yang terlibat adalah empat orang, maka jumlah jalur yang terbentuk adalah enam jalur. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut ini.:
Jalur komunikasi yang terbentuk
Sekarang kita tinjau kasus yang riel di proyek. Menurut Anda, untuk kasus yang sederhana seperti menyelesaikan kasus review design struktur, berapa orang yang terlibat? Biasanya yang terlibat adalah :
Dari pihak kontraktor melibatkan Project Manager, Site Manager, Site Engineer, dan Drafter.
Dari pihak Perencana melibatkan Project engineer
Dari pihak Manajemen Konstruksi umumnya melibatkan Team Leader, dan Structural Engineer
Dari pihak Owner melibatkan Project Manager.
Dari uraian di atas untuk kasus review design struktur akan melibatkan delapan orang. Lalu berapa jalur atau channel yang terjadi selama proses komunikasinya?
Suatu referensi memberikan suatu rumus untuk menghitung jalur komunikasi / channel yang mungkin terbentuk berdasarkan fungsi jumlah orang yang terlibat dalam suatu proses komunikasi. Adapun rumusnya adalah
Number of Communication Channel = n ( n-1) / 2

Kita kembali pada kasus reviem design yang sering terjadi di proyek. Di sana telah disebutkan bahwa proses tersebut melibatkan delapan orang. Maka jalur komunikasi yang terbentuk adalah 8x(8-1)/2 = 28 jalur / channel. Suatu jumlah yang sangat banyak untuk dikendalikan agar pesan dalam suatu proses dapat tersampaikan sesuai dengan yang diinginkan. Inilah salah satu tantangan yang harus dikendalikan dalam komunikasi.
Rumus ini mungkin juga menjawab pertanyaan kenapa peserta dalam rapat sebaiknya dibatasi 5 atau 7 orang. Pada rapat akan terjadi komunikasi tidak hanya antara pemimpin rapat dan anggota rapat, tapi juga antar sesama anggota rapat. Pada peserta rapat 5 orang, jalur komunikasi yang terbentuk adalah 5x(5-1)/2 = 10 jalur. Sedangkan pada jumlah peserta 7 orang, jalur komunikasi yang terbentuk adalah 7x(7-1)/2 = 21 jalur. Bisa jadi 21 jalur adalah batasan jalur komunikasi yang paling maksimum agar rapat dapat berjalan dengan efektif. Bayangkan jika rapat proyek yang biasa dilakukan melibatkan 15 orang. Mari kita hitung. 15x(15-1)/2 = 105 jalur komunikasi. Rapatnya akan berjalan begitu rumit untuk dikendalikan, mungkin akan seperti debat kusir karena sulitnya pengendalian proses rapat. Pemahaman antar orang dan pihak yang terlibatpun bisa saja berbeda-beda seperti yang ditunjukkan dalam gambar berikut 
Perpedaan persepsi yang sering terjadi di proyek
Memahami rumus tersebut akan membawa kita pada pemahaman yang baik dalam mengelola komunikasi yang efektif di proyek. Disarankan untuk memecah jalur tersebut sehingga jalur yang terjadi sesedikit mungkin. Pada kasus di atas, bisa jadi caranya adalah masing-masing pihak menetapkan satu orang personil yang ditunjuk untuk diskusi awal mengenai review design. Ini berarti akan melibatkan orang saja yang terlibat sehingga jumlah jalur yang terbentuk adalah hanya enam jalur. Tentu lebih gampang untuk dikendalikan. Setelah terjadi kesepakatan dan dibuat tertulis, baru diangkat ke level di atasnya untuk disetujui bersama.
Rasanya masih ada teknik-teknik lain dalam rangka mengelola komunikasi yang efektif. Hal yang terpenting adalah pemahaman akan pentingnya mengelola proses komunikasi yang terjadi pada proyek, terutama proyek-proyek besar yang melibatkan lebih banyak pihak yang terkait. Informasi pada tulisan ini mungkin dapat berguna dalam membuat struktur organisasi proyek serta dalam membentuk tim khusus yang menangani masalah tertentu di proyek.


daftar pustaka:
http://raipeza24.blogspot.com/
 http://mrridho.student.umm.ac.id/2010/08/19/ilmu-komunikasi-definisi-komunikasi/
budisuanda



Tidak ada komentar: